Saturday, December 11, 2010

Profil Andy Flores Noya

image
NAMA lengkapnya Andy Flores Noya. Berambut kribo
dan cara bertanya yang begitu bersahaja dengan bahasa
percakapan sehari-hari menjadikan acara Kick Andy yang
dipandunya memiliki karakter tersendiri, berbeda dengan
acara talk show di televisi lain.
Kadang Andy Noya larut dalam acara yang
dibawakannya. Saat mengangkat topik kekerasan pada
anak-anak dan remaja di sekolah (bullying), Andy
menangis saat mendengarkan penuturan Joko Kirsan. Joko
adalah ayah Vivi Kusrini, seorang pelajar putri, siswa SMP
10 Bantar Gebang, Bekasi, yang diejek teman-teman
sekolahnya lantaran ayahnya penjual bubur. Andy
menangis karena teringat ayahnya yang juga "hanya"
tukang servis mesin tik.

Proses perjalanan Andy sebagai seorang wartawan
penuh dengan liku-liku, yang menurut dia sangat menarik.
Andy sebenarnya orang teknik. Begitu lulus SD Sang
Timur di Malang, Jawa Timur, pria kelahiran Surabaya ini
melanjutkan sekolah di Sekolah Teknik lalu ke STM
Jayapura. Tidak sampai tamat, dia pindah ke Jakarta dan
melanjutkan ke STM 6 Jakarta.
"Tetapi sejak kecil saya merasa jatuh cinta pada
dunia tulis-menulis. Kemampuan menggambar kartun dan
karikatur semakin membuat saya memilih dunia tulis-
menulis sebagai jalan hidup saya," kata Andy.
Oleh sebab itulah begitu lulus STM, walau mendapat
beasiswa untuk melanjutkan ke IKIP Padang, Andy memilih
mendaftar ke Sekolah Tinggi Publisistik (sekarang Institut
Ilmu Sosial dan Politik Jakarta). Sebenarnya, Andy tidak
diterima kuliah di perguruan tinggi tersebut sebab kampus
tidak menerima lulusan STM.
Karena tekadnya menjadi wartawan sudah
sedemikian membara, dia "naik banding" dan menemui
Rektor Sekolah Tinggi Publisistik (waktu itu) Ali Mochtar
Hoeta Soehoet. Kepada sang rektor Andy Noya
mengungkapkan suara hatinya. Hoeta Soehoet menyerah
dan memberikan kesempatan kepada Andy Noya untuk
ikut tes masuk, dengan catatan (syarat) dia harus minta
surat rekomendasi dari Dirjen Pendidikan Tinggi. Selain
itu, apabila di kemudian hari Andy nilai mata kuliahnya
jelek, apa boleh buat, dia harus keluar. Ternyata, prestasi
Andy bagus. Kuliah pun berlanjut.
Pertama kali terjun sebagai wartawan dimulai pada
1985 ketika Andy diminta untuk membantu majalah
TEMPO sebagai reporter guna penerbitan buku Apa dan
Siapa Orang Indonesia. Pekerjaan itu dilakukan pemuda
berdarah Ambon, Jawa, dan Belanda ini sembari kuliah.
Pagi sampai siang mewawancarai orang, sore sampai
malam kuliah. Begitu setiap hari.
Pada saat harian ekonomi Bisnis Indonesia akan
terbit (1985), Andy diajak bergabung oleh Lukman
Setiawan, pimpinan di Grafitipers, salah satu anak usaha
TEMPO. Maka Andy tercatat sebagai sembilan belas
reporter pertama di harian itu. Baru dua tahun di Bisnis
Indonesia, Andy diajak Fikri Jufri (waktu itu pimpinan
perusahaan majalah TEMPO dan pemred majalah MATRA),
untuk memperkuat majalah MATRA yang baru diterbitkan
oleh TEMPO. Andy tertarik lalu bergabung.
Pada 1992 datang tawaran dari Surya Paloh, pemilik
suratkabar Prioritas yang waktu itu diberedel, untuk
bergabung dengan koran Media Indonesia yang
dipimpinnya. Maka sejak itulah Andy kembali ke
suratkabar.
Selain media cetak, situasi rupanya mengharuskan
Andy Noya untuk menekuni media elektronik. Pada 1999,
RCTI menghadapi masalah menyusul adanya gejolak di
kalangan wartawan program berita Seputar Indonesia
berkaitan dengan adanya ketentuan yang mengharuskan
PT Sindo, anak usaha RCTI yang menaungi Seputar
Indonesia, untuk bergabung dengan RCTI sebagai induk.
Bersama wartawan senior Djafar Assegaff, Andy ditugasi
untuk membantu di RCTI. Tugas utamanya adalah
memimpin Seputar Indonesia sekaligus memuluskan
proses transisi ke RCTI.
Menyusul setelah itu, tepatnya tahun 2000, Metro
TV mendapat izin siaran. Surya Paloh memanggil Andy
kembali untuk memimpin Metro TV sebagai pemimpin
redaksi. Tiga tahun kemudian (2003) Andy ditarik kembali
ke Media Indonesia dan menjadi pemimpin redaksi di
suratkabar umum terbesar kedua itu. Memimpin di
suratkabar ini, Andy Noya banyak melakukan inovasi.
Waktu itu pemimpin redaksi Metro TV dijabat Don Bosco
Selamun.
Selama di Media Indonesia, Andy juga pernah
menjadi host program Jakarta Round Up di Radio Trijaya
dan Jakarta First Channel di radio yang sama selama lima
tahun (1994-1999).
Tahun 2006 pemimpin redaksi Metro TV Don Bosco
mengundurkan diri. Andy Noya yang waktu itu menjadi
wakil pemimpin umum di Media Indonesia, diminta
merangkap menjadi pemimpin redaksi Metro TV
menggantikan Don Bosco.
Sewaktu mahasiswa, lelaki yang gemar renang dan
membaca ini rajin menulis di berbagai majalah dan
suratkabar, terutama cerpen dan puisi. Dia juga aktif
mengirim karikatur dan kartun ke berbagai media. Di
tangannya, pena seakan menari, menjadi tulisan indah
dan berisi.
Andy Noya bukan berasal dari kalangan keluarga
berkecukupan. "Saya memang terlahir dari keluarga yang
ekonominya pas-pasan. Ayah saya seorang montir mesin
ketik dan ibu tukang jahit," ungkap Andy.
Kini Andy Noya setiap Kamis pukul 22.05-23.00
WIB menjadi host sebuah acara di Metro TV yaitu kick Andy yang untuk
menontonnya tidak cukup hanya dengan mata dan pikiran,
tapi harus dengan hati; dan di sinilah letak kekuatan Kick
Andy.

Salam Sansevieria
world of Sansevieria
Sansevieria Jaya
Sansevieria, Salam satu Jiwa

0 comments:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment

Monggo dikomen gan! Blog ini Dofollow!